HATI-HATI JIKA HOBBY NUMPUK BARANG, BOLEH JADI HOARDING DISORDER
Penulis: Balqis Fallahnda
Hoarding disorder merupakan salah satu bentuk gangguan
perilaku yang tercantum dalam manual diagnostik psikologi, DSM-5. Penderita
hoarding disorder dapat dikenali dengan gejala tertentu, salah satunya menimbun
barang secara berlebihan.
Penderita hoarding disorder kesulitan menyingkirkan barang-barang yang mereka kumpulkan, karena bagi mereka barang-barang tersebut dirasa penting. Biasanya, barang-barang yang dikumpulkan oleh penderita rhoarding disorder adalah barang yang bernilai sedikit, atau bahkan tidak bernilai sama sekali.
Namun, karena cara penyimpanan yang kacau, barang-barang
akhirnya menumpuk dalam jumlah yang tidak terkendali. Akibatnya, hal itu dapat
menjadi masalah yang signifikan dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, penderita hoarding disorder tidak dapat
menggunakan dapur atau kamar mandi mereka dan tidak dapat mengakses kamar
mereka karena telah dipenuhi barang yang mereka kumpulkan.
Kemudian, jika kekacauan menyebabkan penderitaan yang
signifikan atau berdampak negatif pada kualitas hidup orang atau keluarga
mereka. Misalnya, mereka menjadi kesal jika seseorang mencoba membersihkan
kekacauan akibat barang-barang yang mereka timbun.
American Psychiatric Association (APA) melaporkan bahwa
menimbun tidak sama dengan mengoleksi. Kolektor biasanya memperoleh barang
dengan cara yang terorganisir, disengaja, dan ditargetkan. Setelah barang yang
dimaksud diperoleh, item akan disingkirkan dari penggunaan normal, tetapi masih
dapat diatur, dikagumi, dan ditampilkan kepada orang lain.
Sedangkan akuisisi objek pada penderita hoarding disorder
sebagian besar impulsif, dengan sedikit perencanaan aktif, dan dipicu saat
melihat objek yang bisa dimiliki. Benda-benda yang diperoleh oleh penderitanya
tidak memiliki tema yang konsisten, sedangkan barang-barang kolektor terfokus
pada topik tertentu.
Prevalensi keseluruhan orang dengan hoarding disorder adalah
sekitar 2,6 persen. Orang tua di atas 60 tahun dan orang dengan diagnosis
psikiatri lainnya, terutama kecemasan dan depresi memiliki prevalensi lebih
tinggi untuk mengembangkan kondisi ini.
Prevalensi dan fitur penimbunan tampaknya serupa di seluruh
negara dan budaya. Sebagian besar
bukti menunjukkan bahwa penderita hoarding disorder terjadi dengan frekuensi yang
sama pada pria dan wanita.
Perilaku hoarding disorder muncul relatif awal dalam
kehidupan dan meningkat dalam tingkat keparahan pada setiap dekade kehidupan
penderitanya. Tampilan barang yang tertimbun serta kekacauan yang tidak
terorganisir adalah ciri dari penderita hoarding disorder.
Penyebab Hoarding Disorder
Penyebab seseorang menderita hoarding disorder tidak
sepenuhnya bisa dipahami. Kondisi ini bisa menjadi gejala dari kondisi lain.
Misalnya, seseorang dengan masalah mobilitas mungkin secara
fisik tidak dapat membersihkan sejumlah besar kekacauan yang mereka peroleh.
Selain itu, ada pula orang-orang dengan ketidakmampuan belajar atau penderita
demensia yang mungkin tidak dapat mengkategorikan barang yang perlu dibuang
atau disimpan.
National Health Service (NHS) menyebutkan masalah kesehatan
mental yang terkait dengan hoarding disorder meliputi:
ü Depresi berat.
ü Gangguan psikotik, seperti skizofrenia.
ü Gangguan obsesif kompulsif (OCD).
Dalam beberapa kasus, hoarding disorder adalah kondisi
tersendiri dan sering dikaitkan dengan pengabaian diri dan pola asuh.
Orang-orang ini lebih mungkin menderita hoarding disorder, antara lain:
ü Hidup sendiri.
ü Belum menikah.
ü Memiliki masa kanak-kanak yang dirampas, dengan kekurangan
benda-benda materi atau hubungan yang buruk dengan anggota keluarga lainnya.
ü Memiliki riwayat keluarga dengan hoarding disorder.
ü Dibesarkan di rumah yang berantakan dan tidak pernah belajar
memprioritaskan dan menyortir barang.
Mengapa Seseorang Bisa Terkena Hoarding Disorder?
Penderita hoarding disorder memiliki keyakinan yang kuat
terkait dengan memperoleh dan membuang barang, seperti, "Saya mungkin membutuhkan ini suatu
hari nanti" atau "Jika saya membeli ini, itu akan membuat saya
bahagia."
Sementara, beberapa kasus penderita mungkin berjuang untuk
mengatasi peristiwa kehidupan yang penuh tekanan, seperti kematian orang yang
dicintai.
Upaya untuk membuang barang seringkali memunculkan emosi
yang sangat kuat yang dapat terasa berlebihan. Hal inilah yang menyebabkan
penderita hoarding disorder cenderung menunda atau menghindari membuat
keputusan tentang apa yang dapat dibuang.
Seringkali, banyak dari barang-barang yang disimpan tidak
memiliki nilai uang dan mungkin dianggap sampah oleh kebanyakan orang.
Penderita mungkin menyimpan barang-barang tersebut karena alasan yang tidak
jelas bagi orang lain, seperti untuk alasan sentimental, atau merasa bahwa
barang-barang tersebut tampak indah atau berguna. Kebanyakan penderita hoarding
disorder memiliki keterikatan emosional yang sangat kuat dengan objek.
Gejala Hoarding Disorder
Menyimpan barang dalam jumlah berlebihan, penumpukan barang
secara bertahap dalam suatu ruangan dan kesulitan membuang barang biasanya
merupakan tanda dan gejala awal hoarding disorder, yang sering muncul selama
masa remaja hingga dewasa awal. Seiring bertambahnya usia, orang tersebut
biasanya mulai mengumpulkan barang yang tidak dibutuhkan. Di usia paruh baya,
gejalanya sering parah, dan kemungkinan lebih sulit diobati.
Hoarding disorder secara bertahap berkembang dari waktu ke
waktu dan cenderung menjadi perilaku pribadi. Seringkali, kekacauan yang
signifikan berkembang hingga menarik perhatian orang di sekitarnya. Berikut
tanda dan gejala penderita hoarding disorder menurut Mayo Clinic:
ü Mengumpulkan barang yang tidak dibutuhkan secara berlebihan,
bahkan saat penderita tidak memiliki lagi ruang untuk menyimpannya.
ü Kesulitan untuk membuang atau berpisah dengan barang-barang tanpa
ada alasan nilai yang kuat.
ü Merasa perlu untuk menyimpan barang-barang dan merasa kesal
dengan pemikiran untuk membuangnya.
ü Membangun kekacauan penumpukan barang-barang ke titik di mana
ruangan menjadi tidak dapat digunakan.
ü Memiliki kecenderungan keragu-raguan, perfeksionisme,
penghindaran, penundaan, dan masalah dengan perencanaan dan pengorganisasian.
Mengumpulkan dan menolak membuang barang secara berlebihan
mengakibatkan,
ü Tumpukan barang yang tidak teratur, seperti koran, pakaian,
dokumen, buku, atau barang-barang sentimental.
ü Barang-barang yang memenuhi dan mengacaukan ruang membuat ruang
tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan, seperti tidak
dapat memasak di dapur atau menggunakan kamar mandi untuk mandi.
ü Penumpukan makanan atau sampah ke tingkat yang sangat berlebihan
dan tidak sehat.
ü Konflik dengan orang lain yang mencoba mengurangi atau
menghilangkan barang-barang yang menjadi penyebab kekacauan.
ü Kesulitan mengatur barang-barang.
Penderita hoarding disorder biasanya menyimpan barang
karena:
ü Mereka percaya barang-barang ini unik atau akan dibutuhkan pada
suatu saat.
ü Barang-barang tersebut memiliki makna emosional yang penting,
berfungsi sebagai pengingat saat-saat. bahagia atau mewakili orang atau hewan
peliharaan tercinta.
ü Mereka merasa lebih aman ketika dikelilingi oleh hal-hal yang
mereka simpan.
ü Mereka tidak ingin menyia-nyiakan apapun.
Penyembuhan Hoarding Disorder
Cleveland Clinic menulis bahwa penyedia layanan kesehatan
menggunakan dua jenis terapi utama untuk mengobati penderita hoarding disorder,
yaitu
1. Terapi perilaku kognitif
Terapi perilaku kognitif sejenis dengan terapi bicara
(psikoterapi). Terapi ini merupakan salah satu bentuk pengobatan umum untuk
hoarding disorder. Terapi perilaku kognitif dilakukan dengan bantuan
profesional kesehatan mental berlisensi, seperti psikolog.
Terapis biasanya akan mempelajari mengapa penderita hoarding
disorder menimbun barang dan bagaimana mengurangi kecemasan saat membuang
barang. Terapis juga mengajarkan keterampilan organisasi dan pengambilan
keputusan. Keterampilan ini dapat membantu penderita mengelola barang-barang
milik mereka dengan lebih baik.
2. Obat-obatan
Dokter spesialis biasanya akan merekomendasikan penderita
hoarding disorder untuk memperoleh obat antidepresan. Salah satu jenis obat
antidepresan yang biasa diresepkan untuk penderita hoarding disorder adalah
inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI).
Beberapa penyedia layanan kesehatan meresepkan obat yang
disebut antidepresan untuk membantu mengobati hoarding disorder. Obat-obatan
ini dapat memperbaiki gejala kondisi pada beberapa orang.
Sumber : https://tirto.id/apa-itu-hoarding-disorder-penyebab-gejala-dan-penyembuhannya-gwPg
Komentar
Posting Komentar