OTAK LEBAH: ISYARAT WAHYU, KECERDASAN ALAM, DAN PELAJARAN SPIRITUAL BAGI AKAL MANUSIA
Oleh: Madi Saputra
Di tengah kebisingan zaman digital, ketika manusia
dengan otak bermiliar neuron justru semakin kehilangan fokus dan kejernihan
berpikir, Allah memperlihatkan kepada kita sebuah tanda yang senyap namun
menggetarkan: seekor lebah.
Makhluk kecil yang ukuran otaknya tak lebih besar
dari kepala jarum pentul, namun mampu melakukan hal-hal yang membuat ilmuwan
terdiam lama di hadapan mikroskop dan simulasi komputer. Otak lebah hanya
sekitar 1 milimeter kubik, tetapi di dalam ruang yang nyaris tak kasatmata itu
tersimpan sekitar 900 ribu hingga hampir satu juta neuron. Sebuah angka yang,
bagi ukuran makhluk sekecil itu, sungguh menakjubkan.
Lebah tidak pernah sekolah navigasi. Tidak pernah
belajar arsitektur. Tidak pernah membaca buku biologi atau teknik. Namun ia
terbang menembus jarak jauh, mengenali arah matahari, menghitung sudut,
menyimpan peta mental lanskap, berkomunikasi dengan koloni melalui tarian
presisi, lalu membangun sarang dengan geometri heksagonal paling efisien yang
dikenal ilmu fisika.
Pertanyaannya: dari mana semua itu berasal? Al-Qur’an
telah menjawabnya lebih dari 14 abad lalu.
وَأَوْحَىٰ
رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ
الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ
“Dan Tuhanmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada
lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon, dan di tempat yang
dibikin manusia.” (QS. An-Nahl: 68)
Kata awḥā dalam ayat ini tidak berarti
wahyu syariat sebagaimana kepada para nabi, melainkan ilham fitri, penanaman
sistem, hukum, dan program bawaan langsung dari Allah. Dalam bahasa modern,
para ilmuwan menyebutnya innate intelligence atau biological
programming. Namun Al-Qur’an menamai dengan istilah yang jauh lebih agung: wahyu
dari Tuhan.
"OTAK Kecil, Program Agung"
Para ahli saraf menemukan bahwa di dalam otak
lebah terdapat struktur penting bernama mushroom bodies, pusat
pembelajaran, memori, dan pengambilan keputusan. Struktur ini memungkinkan
lebah:
·
Mengingat
lokasi bunga hingga berhari-hari
·
Membedakan
warna, aroma, dan kualitas nektar
·
Menyusun rute
terpendek dan paling hemat energi
·
Menyesuaikan
strategi pencarian makanan secara kolektif
Dengan kata lain, di dalam setiap lebah terdapat
sistem komputasi biologis yang sangat efisien, jauh melampaui banyak algoritma
buatan manusia jika dibandingkan dengan ukuran dan konsumsi energinya. Namun
Al-Qur’an tidak berhenti pada keajaiban otak lebah. Ia membawa kita pada makna
yang lebih dalam.
ثُمَّ
كُلِي مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا
“Kemudian makanlah dari segala macam
buah-buahan, lalu tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan.”
يَخْرُجُ
مِن بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِّلنَّاسِ
“Dari perutnya keluar minuman yang beraneka
warna, di dalamnya terdapat kesembuhan bagi manusia.”
إِنَّ
فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang mau berpikir.” (QS. An-Nahl: 69)
Ayat ini bukan sekadar deskripsi biologis. Ia
adalah undangan berpikir.
Lebah dan Pelajaran bagi Akal Manusia
Lebah diberi otak kecil, tetapi hidupnya lurus.
Manusia diberi otak besar, tetapi sering tersesat. Lebah tidak membangkang
ilham Rabb-nya. Manusia, dengan segala kecerdasannya, justru sering
menyalahgunakan akal.
Lebah tidak rakus. Ia mengambil nektar secukupnya,
lalu mengubahnya menjadi madu yang memberi manfaat, bukan hanya bagi koloninya,
tetapi bagi manusia. Ia tidak merusak bunga. Ia justru membantu penyerbukan dan
keberlangsungan kehidupan.
Bandingkan dengan manusia modern:
·
Otaknya
besar, tetapi dipenuhi distraksi
·
Waktunya
luas, tetapi dihabiskan untuk hal remeh
·
Akses ilmunya
tak terbatas, tetapi malas berpikir mendalam
Lebah adalah simbol ketaatan kosmik. Ia bergerak
dalam harmoni dengan sunnatullah. Maka hasilnya pun penuh keberkahan: Madu,
minuman yang oleh Al-Qur’an disebut mengandung kesembuhan.
MADU: Buah Ketaatan Biologis
Secara ilmiah, madu memang mengandung:
·
Antioksidan
(flavonoid dan polifenol)
·
Senyawa
antibakteri alami
·
Prebiotik bagi
kesehatan usus
·
Sumber energi
yang bersih dan cepat
Namun Al-Qur’an menyebut madu bukan hanya sebagai
nutrisi, melainkan shifā’. Kesembuhan bukan sekadar efek kimia, tetapi
juga jejak keberkahan dari makhluk yang taat pada ilham Rabb-nya. Lebah tidak memilih
jalan sendiri. Ia “menempuh jalan Tuhannya dengan mudah” (ذُلُلًا). Maka apa yang keluar dari perutnya pun membawa kebaikan.
OTAK Lebah dan OTAK Manusia
Lebah tidak pernah bingung dengan tujuan hidupnya.
Manusia sering lupa arah bahkan dungu tidak bisa membedakan yang Asli maupun
Palsu..., meski memiliki otak yang jauh lebih besar. Lebah tidak menumpuk
informasi berlebihan. Manusia tenggelam dalam banjir data hingga pikirannya
kabur. Lebah bekerja dalam kesunyian, disiplin, dan harmoni. Manusia bekerja
dalam kebisingan, tergesa, dan tercerai-berai.
Maka pertanyaan yang layak kita renungkan
bukanlah: “Seberapa canggih otak kita?” - melainkan: “Seberapa taat akal kita
kepada petunjuk Allah?”
Karena otak sebesar apa pun, jika tercerabut dari
wahyu, akan kehilangan arah. Dan otak sekecil lebah, jika tunduk pada ilham
Rabb-nya, akan menghasilkan madu yang menyembuhkan dunia.
إِنَّ
فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya pada lebah, pada otaknya, pada
madunya, terdapat tanda-tanda besar. Bukan bagi mereka yang sekadar melihat, tetapi
bagi mereka yang mau berpikir”.
Sumber : FB Madi Saputra



Komentar
Posting Komentar